Mesra Tanpa Zina

“Silakan bercinta dan luapkanlah cinta kepada kekasih selama tidak melanggar norma agama dan norma budaya.” Demikian penegasan dari seorang ulama kita, Dr. M. Quraish Shihab, di buku beliau, Perempuan (hlm. 87).

Masalahnya, bagaimana cara meluapkan atau mengekspresikan cinta asmara yang tidak melanggar norma agama Islam? Di buku tersebut, Pak Quraish Shihab menerangkannya sepanjang dua atau tiga halaman. Itu saja. Beliau belum secara rinci menjelaskannya. Terus terang, saya menjadi penasaran.

Selama ini, kita menjumpai banyak bacaan yang merinci bagaimana mengekspresikan cinta asmara secara mesra atau romantis. Di internet, toko buku, kios koran, atau pun perpustakaan, Anda dapat dengan mudah mendapatkannya. Sayangnya, hampir semua literatur tersebut tidak menggunakan sudut pandang Islami.

Apakah tidak ada literatur tentang ekspresi cinta romantis secara Islami? Ada! Ketika membahas persoalan cinta di buku Perempuan itu, Pak Quraish Shihab merekomendasikan kitab karya Ibnu Hazm al-Andalusi (994-1064 M), Thauq al-Hamaamah.

Kitab Thauq al-Hamaamah (Kalung Merpati) merupakan buku cinta yang pertama kali ditulis oleh ulama dengan rinci. Mengingat kepeloporannya dalam membahas cinta, maka kitab-kitab sesudahnya yang membicarakan cinta seringkali merujuk padanya.

***

Kitab Thauq al-Hamaamah itu merupakan salah satu kitab favorit Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy), sang penulis novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta. Kata Kang Abik, kitab ini bisa dikatakan merupakan buku cinta yang sangat klasik dan terus menjadi fenomena sepanjang masa. Bahkan nyaris setiap penerbit di Cairo, Mesir, telah menerbitkannya dengan versi masing-masing dalam bahasa aslinya, yaitu Arab.

Versi terjemahan Indonesianya sekarang sudah ada. Bahkan, jumlahnya juga lebih dari satu. Edisi terbaru yang saya jumpai adalah versi saduran yang diterbitkan oleh Republika. Judulnya: Di Bawah Naungan Cinta. (Cetakan I: Juni 2006, Cetakan VII: Oktober 2007)

***

Dengan adanya edisi berbahasa Indonesia tersebut, besar harapan saya bahwa para pembacanya takkan kebingungan lagi bila dipersilakan: “Silakan bercinta dan luapkanlah cinta kepada kekasih selama tidak melanggar norma agama dan norma budaya.”

Akan tetapi, harapan saya tersebut agaknya sulit terpenuhi. Para pembaca buku tersebut tampaknya akan kurang dapat menangkap dengan rinci pandangan Ibnu Hazm mengenai cara-cara mengekspresikan cinta asmara yang tidak melanggar norma agama Islam. Sebab-sebabnya, diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, versi saduran tersebut ternyata telah menghapus sebagian besar dari puisi-puisi yang terdapat dalam versi asli Thauq al-Hamaamah. Pada edisi Indonesia itu, judulnya pun telah berubah dari “Kalung Merpati” menjadi “Di Bawah Naungan Cinta”.

Akibatnya, penekanan isinya berubah menjadi “untuk mengukuhkan jiwa”. Padahal, semula yang ditekankan adalah “ekspresi cinta romantis dengan menggunakan media“, sebagaimana tercermin dalam judul aslinya. (Pak Quraish Shihab menjelaskan, “Kebiasaan mengirim surat cinta melalui merpati menjadikan Ibnu Hazm memilih nama Thauq al-Hamaamah (Kalung Merpati) untuk judul bukunya yang berbicara tentang cinta.” (Perempuan, hlm. 89).)

Kedua, cara-cara ekspresi cinta romantis yang diungkapkan oleh Ibnu Hazm itu berada dalam konteks budaya yang berbeda dengan kita. Konteks beliau adalah budaya Andalusia di Abad Pertengahan, sedangkan konteks kita adalah budaya Indonesia (Melayu) di Era Teknologi Informasi.

Lantaran perbedaan konteks itu, kita pada umumnya sebetulnya membutuhkan penjelasan yang lebih rinci lagi untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana cara mengekspresikan cinta asmara (di Era Teknologi Informasi) yang tidak melanggar norma agama Islam (dalam pandangan Ibnu Hazm)?

***

Saya tertarik untuk mengetahui jawaban yang detail (rinci) atas pertanyaan yang saya garisbawahi tersebut. Itulah yang mendorong saya menyusun buku Mesra Tanpa Zina.

Saya yakin, Anda pun tertarik untuk mengetahui jawaban yang detail atas pertanyaan tersebut. Kalau memang demikian, untuk Andalah buku Mesra Tanpa Zina ini saya tujukan. Selamat membaca!

***

Update 31 Juli 2008:

Tulisan di atas merupakan kutipan dari naskah Kata Pengantar untuk buku terbaru M Shodiq Mustika, Ayat-Ayat Mesra.

Satu tanggapan

  1. Ping-balik: M Shodiq Mustika

  2. salam semua,

    Sangat menyokong berkaitan perkara.

    Perbanyakan dengan terbuka selama ini agama islam sangat dipersempitkan dgn indoktrinasi dan seperti PEMILIK manusiawi!

    salam
    mizan, singapore

  3. Ane belum baca bukunya, namun jika melihat latar belakang alasan menulis buku ini, memang sebuah usaha yg patut diacungi jempol.

    Dan benar pernyataan Mas Shodiq terkait buku “Di Bawah Naungan Cinta” pemberian dari seorang teman baik, yg ane juga sudah baca. Ada beberapa kebingungan dlm membacanya yg ternyata memang ada bagian yg tdk diterjemahkan…yg mungkin justru merupakan the missing-link. Juga background budaya era pertengahan yg mungkin berbeda secara cukup besar dgn budaya era kontemporer sekarang ini.

    Dan sebenarnya, issue hubungan perjodohan dan pernikahan pernah dibahas dgn baik oleh Alm. Buya Hamka dgn konteks budaya Minang masa lampau s/d pertengahan Abad 20.

    Mungkin juga Mas Shodiq terilhami seperti Buya Hamka, baik langsung mau pun tdk langsung.

    Terlepas dari belum membaca, dan mungkin juga kekurangan di buku ini….sekali lagi ini usaha yg bagus. Cuma sayang judulnya selalu agak sedikit nyentrik…tapi begitulah, sama nyentrik dgn Mas Shodiq =D

    Wassalam,

    Nugon

  4. Saya agak bingung? dengan adanya mersa tanpa zina,la kalo suami istri mah mungkin aja,tapi kalo kontex judul diatas itu mencari dan menetapkan sebuah syareat yang dengannya akan menjadi diperbolehkannya orang untuk berpacaran,waduh…? padahal zina itu bukan hanya menyentuh,melihat aja,tapi zina hati juga termasuk dosa bukan? yang pengen saya tanyakan,mesranya itu kayak apa?kalo mesra didalam surat/sms juga akan mendorong orang untuk berhayal kan?sedangkan meng hayal itu akan jatuh juga kepada dosa kang?

  5. Benar tuh, saya juga khawatir mau bikin syareat baru.judul buku itu mirip dengan ayat-ayat cinta,jadi bukan ayat-ayat allah atau ayat-ayat al-quran.

    seperti teman tapi mesra

  6. @ Nugroho Laison
    0) Pengamatan Mas Nugon tajam. Terima kasih.
    1) Ya, saya memang banyak dipengaruhi oleh Buya Hamka.
    2) Judul buku itu pada akhirnya ditentukan oleh penerbit. Kita hanya mengusulkan.

    @ ardiansyah
    1) Zina yang dikupas di naskah buku “Mesra Tanpa Zina” itu bukan hanya “zina besar” (bersatunya alat kelamin), melainkan juga “zina kecil” (zina mata, zina lidah, zina hati, dll)
    2) Perlu uraian yang rinci untuk menjawab pertanyaan “Mesranya kayak apa?”. Inilah yang justru mendorong saya untuk menyampaikan jawaban yang panjang-lebar berupa buku.

    @ abdullah
    1) Kekhawatiran Anda saya maklumi. Bukan hanya Anda seorang yang merasakannya. Saya pun tidak rela bila diantara kita ada yang menciptakan syariat baru.
    2) Akankah kita menolak semua hasil ijtihad para ulama (termasuk di dalamnya ialah Ibnu Hazm al-Andalusi) dengan dalih bahwa Alquran merupakan pedoman yang sudah lengkap? Silakan periksa http://muhshodiq.wordpress.com/2007/10/27/mengapa-ulama-berlainan-pendapat-walau-sama-sama-berpijak-pada-al-quran/

  7. sekilas buku ini memang sangat pantas untuk diterbitkan. …
    agar ada pedoman yang rinci terhadap hal-hal yang bisa disalah tafsiri
    tentang kebolehannya. …bagi para pemuda/i islam khususnya.

    hanya saja judulnya terlalu nyentrik, hampir menyerupai
    “mantan kyai NU menggugat”, boleh jadi andai saja dulu tidak diterbitkan dengan
    judul ini, dar segi marketingnya pastilah tidak sepopuler dan selaku keras sekarang..atau kemarin2.

    dan memang kita juga harus pandai menarik remaja kita, dengan kata humor…
    menyesatkan mereka ke jalan yang benar….dengan “judul2 buku yang menggoda”
    karena dunia ini sudah sangat ramai……dan hampir2 saya tidak habis pikir
    tentang nasib remaja2 kitayang sukanya ngeban dan gabung di konser musik….
    anehnya banyak diantara mereka yang berjilbab… .

    ayo terbitkan aja….siapa yang tidak mau bermesraan tanpa dosa…
    dan meraih kenikmatan disertai pahala….?? ???

  8. Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Dewasa ini banyak sekali kita melihat dan mendengar, banyak orang (terutama kaum muslim) yang tanpa malu memperlihatkan kemesraan mereka padahal mereka tidak terikat dalam ikatan pernikahan (pacaran). sudah saatnya kita sebagai umat muslim, menyebarluaskan ajaran Islam, bahwa tidak ada pacaran (mesra) sebelum menikah. yang ada pacaran setelah menikah. so, mesra tanpa zina (menikah) why not?!

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  9. yaaa…saya sepaham(sepakat) dengan comment mas ardiansyah juga dengan mba iik yulianti….Tidak ada kata MESRA terhadap lawan jenis KECUALI MeSRa itu dibingkai dalam sebuah ikatan bernama NIKAH…Yang dengannya(nikah) halal lah segala sesuatu yang haram…saya rasa kita sudah banyak menemukan Pembahasan2 kerren semisal itu…
    saya agak lupa nama pengarangnya tapi seingat saya ada : Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan(salim A.Fillah)__Agar Bidadari Cemburu Padamu__Manajemen Cinta (iip wijayanto)__Kupinang Engkau dengan Hamdalah (Fauzil Adhim)__di jalan dakwah aku menikah(cahyadi takariawan)….serta buku-buku lain yang mengupas tuntas cara MENUJU PERNIKAHAN YANG BERKAH dan keberkahan yang PASTI akan kita peroleh…..Astagfirullohaladzim…

  10. salam kenal ja mas M Shodiq yang puenya blog.
    iya c padahal islam telah melarang lo pacaran sebenarnya nggak boleh,tyuz jelas² ja lo pacarn pasty ujung²nya ke Zina tapi c tergantung Qtanya aja sebenernya,tapi secara global pacaran pasty ujungnya ke maksiatan tu paty……
    nah Q mo tanya gmn caranya pacaran tanpa menundang napsu n zina?kebanyakan sekarang pacaran g ada yang secara islami,padahal Q tu udah memplening lo pacaran wat motifasi…tapi masih kurang garam kayaknya lo pacaran tu tanpa mesra,nah gmn mas tu mengantisipasinya…… sebelumnya makasih yha….. thank’s bunget……

  11. saya sepakat tentang buku mesra tanpa zina walupun itu saya memang gak tahu secara terperinci isi dari pada buku tersebut tapi saya yakin dengan kontek yang/judul yang telah diterbitkan itu mengandung hal-hal yang positif

  12. Gimana caranya tuh. kalo dah nikah sih dah bukan zina lagi tapi nek lom nikah yo semuane zina. piye? memandang, zina mata. menyentuh, zina tangan. mengangan-angankan, zina hati. pusing. lha terus???????

  13. Ping-balik: SMS Mesra #1 « Pacaran Sehat

  14. Ping-balik: Dari Salafi sampai Hamil di Luar Nikah « Pacaran Sehat

  15. Ping-balik: Buku pertama Panduan pacaran islami segera terbit « Tanazhur PraNikah

  16. Ping-balik: Ayat-Ayat Mesra (buku pertama panduan pacaran islami) « M Shodiq Mustika

  17. Ping-balik: Ayat-Ayat Mesra (buku pertama panduan pacaran islami) « Tanazhur PraNikah

  18. sebenarnya kitakalau membaca buku ayat ayat cinta kang abik…………betapa sosok noura,maria dan aisah punya cara untuk mengungkapkan apa yang dirasakan,betapa mesranya kang abik mencoba masuk ke dalam jiwa dan perasaan yang halus dari seorang wanita.(noura,maria,dan aisah)tentu kita dapat belajar “KEMESRAAN DAN KEROMANTISAN”.iya gak?????????

  19. haY hAY hAY………………………………
    sTAu QuEW nAManYA MesRa MasRA’An IT pASti SiNA cZ PeNGalAMan Guew NdRI aWal AwaLNya CmA mESrA’An TApI qUew mLAh BerZinA MaE cOWOK qUew

    • HAy Nie AquW cOWok’E nikEN
      kMWu Tak DukuNG mi Cz Aqu SAyANg BAnget Ma mAmI.
      yANg nAMa’e MsRA”An PaSTI ujuNG”e Yaw ZIna,,,,,,,,,
      hO HO ho HO

  20. aslm,

    smangadh, saat ini nie banyak golongan orang aneh2, golongan kiri menggunakan pacaran sebagai ajang zina!!!! syerem kan? astaghfirullah…..

    golongan satunya ekstrem bilang pacaran itu DILARANG cz ktanya mendekati zina n bermaksiat. padahal gag semua pacaran= mendekati zina kan? mungkin mereka terlalu su’udzhon

    dari covernya ne ya, buku ini mungkin bisa menjembatani kedua golongan aneh di atas dengan memberikan ide segar nmengenai pacaran sehat…….

    hidup kebenaran!!!!!!!

  21. salamualaikum,,,,

    saya sangat senang dg hadirnya buku “mesra tampa zina” walaupun kami duluar daerah indonesia,tp saya tu pengennnnn kali tau,bagai mana sih isi dari buku itu:)

  22. waahhh… kug ribet2 seh. pake’ bersikap mesra tanpa zina dengan kekasih.
    bukankah agama ini memberi kemudahan…
    yaaa nikah atuh, biar bisa bermesra-mesraan. hehehe….

    salam kenal ibu muslim romantis….

  23. dan sesungguhnya kami telah mendatangkan sebuah kitab (al-Quran) kepada mereka yang kami telah menjelaskanyaatas dasar pengetahuan kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS.7:52) saya berharap buku ini bisa menjadi nutrisi karimah bagi remaja muslim yang menganggap dunia pacaran adlah sesuatu yang indah.

Komentar ditutup.