Bagaimana Meluluhkan Hati Orangtua

Pak Shodiq… Saya sangat senang sekali bisa menemukan website bapak ini.. Saya bisa mendapatkan informasi – informasi yang sangat berharga, yang kebetulan juga saya sedang menghadapi masalah tentang percintaan. Saya harap bapak tidak keberatan untuk menyumbangkan saran bapak..

Begini Pak…

Saya berumur 25 thn, dan saat ini sedang menjalin hubungan dengan seorang pria yang perbedaan usianya 8 taun lebih tua dari saya. Kami telah melakukan pacaran jarak jauh hampir 1 taun, karena saya kerja di Jakarta dan dia kerja di Jogja. Pertemuan kami pun tidak menentu. Kadang 2 bulan sekali ato bahkan lebih. Komunikasi kami (telpon, SMS, dan email), Alhamdulillah lancar. Saya sangat menikmati hubungan ini.. Walo kata orang susah.. namun saya berusaha untuk menikmatinya.. dan Alhamdulillah.. hingga saat ini.. kami belum pernah bertengkar… Dan kami berusaha untuk pacaran yang biasa – biasa saja.. sperti pacaran Islami..

Namun, Pak.. masalah datang dari keluarga saya.. Orang tua saya kurang menyetujui hubungan kami dengan beberapa alasan, yaitu pekerjaan, umur, latar belakang keluarga. Mungkin akan saya jelaskan satu persatu..

– Mengenai pekerjaan
Pacar saya bekerja di perusahaan leasing, sudah hampir 3 taun, dengan penghasilan tetap, dan gaji yang lumayan (menurut saya), karena dia sudah bisa membeli kebutuhannya sendiri. Namun menurut orang tua saya, pacar saya belum mapan. Karena perusahaannya yang kurang bonafid, tidak memberikan kesejahteraan di hari tua nanti sperti tunjangan kesehatan, pensiun, dll. Maklum orang tua saya adalah pensiunan BUMN, dimana sampai saat ini masih mendaptkan pensiun dan dana kesehatan. Dan juga.. terkadang orang tua saya menyinggung soal gaji. Menurut mereka.. gaji pacar saya lebih kecil dari saya.. Dan mereka khawatir, jika suatu saat kami menikah, sayalah yang akan menanggung semua biaya hidup rumah tangga kami.
Saya sudah membicarakan masalah ini kepada pacar saya.. Dan dia akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, yang sesuai dengan keinginan orang tua saya. Paling tidak, pacar saya ingin membuktikan kepada kedua orang tua saya, jika dia akan bertanggung jawab atas saya.
Namun.. saat saya mencoba membicarakan hal ini kepada ibu saya.. Ibu saya malah mengatakan “Iya kapan usaha nya.. kapan suksesnya.. Nanti aja kalo uda sukses baru deket – deket lagi. Kalo sekarang ga usah deket deket dulu…”
Pak.. saya harus bagaimana?

– Mengenai umur
Orang tua saya mengatakan bahwa pacar saya terlalu tua untuk saya. Bagaimana nanti jika kami punya anak yang masih keci, dan ayahnya sudah berumur banyak. Yah memang sih.. masuk akal.. Tapi.. apakah iya.. itu merupakan patokan?

– Mengenai latar belakang keluarga
Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, ayah saya adalah pensiunan BUMN. Dan pernah suatu saat, saya bersitegang dengan kedua org tua saya tentang hal ini… Mereke mengatakan bahwa saya harus dapat jodoh yang setara.. Setara keluarganya dengan kita dan juga setara pekerjaannya. Terus terang.. saya tidak pernah mengorek lebih dalam tentang keluarga pacar saya itu. KArena saya pikir itu privacy keluarga nya dia. Namun secara garis besar saya tau, karena saya sudah dekat dengan keluarganya, terutama ibunya. Alhamdulillah. Mereka adalah keluarga yang utuh, sederhana, dan tidak pernah neko – neko. Memang jika dilihat dari segi materi.. orang tua saya lebih dari orang tua pacar saya… Tapi.. apa iya.. itu yang dijadikan patokan… toh keluarga pacar saya adalah keluarga baik – baik..

Pernah suatu hari.. saya mendengar dari sepupu saya.. klo orang tua saya pernah berfikir saya dipelet. Ya Allah.. Pak Shodiq… sedih rasanya..

Begitu juga klo saya pulang ke Jogja, dan pacar saya main ke rumah saya.. Orang tua saya lebih sering mengabaikan dia. Terkadang dicuekin.. Dan pacar saya bilang kalau dia merasa tidak nyaman maen ke rumah saya… Namun dia berusaha positif thinking.. dan ingin pelan – pelan mendekati kedua orang tua saya.. dan itulah yang membuat saya terharu, Pak.

Pak.. saya bingung.. di satu sisi.. saya sayang kepada orang tua saya.. dan saya tidak ingin menjadi anak durhaka. Kalaupun menikah, saya ingin mendapat restu dari keduanya. Namun di sisi lain, Pak.. Saya juga sayang dengan pacar saya.. Karena dia sangat mengerti saya.. saya merasa nyaman saat bersama dia.. Dan dalam diri saya.. ada keyakinan bahwa dia akan menjadi suami yang baik & bertanggung jawab, serta ayah yang baik bagi anak – anak kami kelak. Apakah boleh pak, saya berfikir demikian?

Pak Shodiq.. menurut pak Shodiq saya harus bagaimana?

Pacar saya slalu kasi support kepada saya untuk selalu tetep berusaha dan bersabar. Juga berdoa kepada Allah untuk minta petunjuk dan dibukakan jalan untuk masalah kami.. Itu lah pak.. kesabaran dan usaha gigih dia yang membuat saya jadi semakin semangat untuk siap mengarungi bahtera rumah tangga bersama dia.

Saya pribadi tidak masalah, Pak, kalau orang tua saya tidak setuju dan menyuruh saya meninggalkan pacar saya. Tapi itu pun jika alasannya jelas. Misalnya pacar saya nakal atau narkoba, dan lain sbg nya. Namun permasalahannya, mereka tidak suka dengan pacar saya karena status sosial.. karena pekerjaan.. yang menurut saya.. semua itu akan bisa didapat jika kita mau berusaha, karena itu kan hanya bersifat duniawi… Toh pacar saya juga sudah pegawai tetap. Tapi mereka tetap tidak bisa terima dengan alasan perusahaannya tidak ada masa depan..

Pak Shodiq.. harap bapak tidak bingung ya membaca curhatan saya yang menggebu gebu ini.. Hehehehehe..

Smoga Bapak tidak keberatan untuk memberikan saran… Terima kasih..

Tanggapan M Shodiq Mustika:

Hal terpenting dalam menghadapi kasus seperti ini adalah menanamkan kesadaran bahwa yang mampu meluluhkan hati orangtua adalah Sang Mahakuasa. Untuk itu, kita perlu berdoa dengan lebih sungguh-sungguh, disertai dengan ikhtiar dan tawakkal.

Ada banyak sebab mengapa orti tidak merestui jodoh pilihan kita. Diantaranya: mereka menyangka bahwa kebahagiaan kita terletak pada harta yang berlimpah. Untuk menepis pemahaman yang keliru itu, perlu kita tunjukkan di depan mata beliau bahwa harta itu tidak mempengaruhi kebahagiaan kita. Perlu kita perlihatkan bahwa kebahagiaan kita ditentukan olah hal-hal lain, misalnya: cinta, keasyikan dalam berjuang, ibadah, dll.

Kemungkinan lainnya, ortu merasa malu bila memiliki menantu yang kurang sederajat. Mungkin mereka malu bahwa anaknya “tidak laku” sampai-sampai memilih jodoh yang “lebih rendah”. Untuk menepisnya, hendaknya kita berusaha menunjukkan bahwa pilihan kita membanggakan, bukan hanya bagi kita, melainkan juga orangtua kita dan orang-orang dekat kita lainnya.

Intinya, kita perlu mencari akar permasalahannya sebelum menentukan solusinya. Akar permasalahan itu biasanya tersembunyi, tidak melalui kata-kata, seperti “merasa malu bila memiliki menantu yang kurang sederajat”. Untuk saran-saran lainnya dalam rangka ikhtiar, lihat “Konsultasi: Restu orangtua dan keluarga“.

Persoalan semacam ini dapat kita pandang sebagai kesempatan yang diberikan kepada kita supaya kita meningkatkan kualitas diri kita dalam banyak hal. Dengan demikian, kita menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah-masalah berat lainnya kelak.

Selain itu, adanya masalah semacam ini berarti bahwa kita diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk lebih banyak beramal. Bagaimanapun, kehidupan kita di dunia hanya selama beberapa puluh tahun. Waktunya teramat singkat bila dibandingkan dengan kehidupan kita kelak di akhirat: selama-lamanya!

Sementara itu, kita tidak perlu “memaksa” Tuhan untuk meluluhkan hati orangtua. Lebih baik kita berserah diri saja kepada-Nya. Biarlah Dia yang menentukan kapan hati orangtua luluh. Bahkan seandainya luluhnya hari orangtua terjadi di akhirat kelak, itu pun tidak mengapa. Tuhanlah yang Mahatahu apa yang baik bagi kita.

Membaca kata-katamu dalam eMail-mu ini, kulihat kamu mampu berpikir dengan jernih. Aku yakin bahwa kamu tidak dipelet. Selama kamu berpikir sejernih itu, aku mendukungmu apa pun keputusanmu mengenai masa depanmu. Dan aku pun yakin bahwa Allah meridhai pula. Aamiin. (Lihat “Sudah khitbah, mau nikah, terbentur ridha orangtua“.)